Minggu, 20 Mei 2012

Konsep Dasar Menulis


Definisi Menulis
Definisi menulis banyak disampaikan para ahli dan institusi. Berikut ini sepuluh definisi tentang menulis.
  1. Menulis adalah kegiatan menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafik untuk menyampaikan informasi tentang suatu peristiwa sehingga ada komunikasi (Syafi’ie, 1984:40).
  2. Menulis merupakan suatu kegiatan partisipatif aktif yang melibatkan berbagai poses dalam mengolah suatu pesan agar mampu dipahami atau diterima oleh pembaca. Menulis merupakan suatu proses berpikir yang berkelanjutan, mencobakan, dan mengulas kembali (Murray dalam Temple, 1988:213).
  3. Menulis adalah mengabadikan bahasa dengan tanda-tanda grafis (Hardjono, 1988:85).
  4. Menulis adalah meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca simbol-simbol grafis itu sebagai bagian penyajian satuan-satuan ekspresi bahasa (Lado dalam Ahmadi, 1990:28).
  5. Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa kita melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Tulisan yang baik dapat menghubungkan antara penulis sebagai pemberi pesan dan pembaca sebagai penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan harus ditulis secara sistematis agar pembaca dapat menangkap pesan dengan jelas dan tidak menimbulkan salah penafsiran (Akhadiah, 1990:55).
  6. Menulis adalah menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan kemauan dengan wahana bahasa tulis (Widodo & Chasanah, 1993).
  7. Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Aktivitas otak kanan untuk keterampilan menulis meliputi perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, penelitian dan tanda baca, sedangkan aktivitas otak kiri yaitu semangat, spontanitas, emosi, warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru, dan kegemberiaan. Aktivitas dalam penulisan otak kiri dan otak kanan harus bekerjasama, berikut gambar pemanfaatan kedua belahan otak kiri dan otak kanan dalam menulis (DePorter, 2000:179).
  8. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang aktif, produktif, kompleks, dan terpadu yang berupa pengungkapan dan yang diwujudkan secara tertulis. Menulis juga merupakan keterampilan yang menuntut penulis untuk menguasai berbagai unsur di luar kebahasaan itu sendiri yang akan menjadi isi dalam suatu tulisan (Nurgiyantoro, 2001:271).
  9. Menulis merupakan kegiatan komunikasi verbal yang berisi penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan yang dimaksud di sini adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan, sedangkan tulisan pada dasarnya adalah rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Dengan demikian, menulis merupakan salah satu bentuk pengggunaan bahasa, disebut keterampilan berbahasa, yang melibatkan empat unsur, yakni penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan (Yunus, 2002:13).
  10. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008), me·nu·lis v 1 membuat huruf (angka dsb.) dng pena (pensil, kapur, dsb): anak-anak sedang belajar ~; melukis baginya merupakan kesenangan yg dimulai sebelum ia belajar ~; 2 melahirkan pikiran atau perasaan (spt mengarang, membuat surat) dng tulisan: ~ roman (cerita), mengarang cerita; ~ surat membuat surat; berkirim surat; 3 menggambar; melukis: ~ gambar pemandangan; 4 membatik (kain): lebih mudah mencetak dp ~ kain (Kamus Bahasa Indonesia, 2008).

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang definisi menulis, carilah referensi lain baik dari media cetak maupun elektronik! Dengan referensi lain, Anda diharapkan dapat semakin memahami definisi menulis dari berbagai sudut pandang.

B. Manfaat Menulis
Menulis merupakan sebuah kebutuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tak luput dari kegiatan beraksara tulis.  Siswa SD/MI, SMP/Mts, SMA/SMK/MA, mahasiswa Perguruan Tinggi, hingga orang-orang dewasa yang melek teknologi tentu tak luput dari kegaitan menulis pesan pendek. Guru menulis di papan tulis untuk keperluan kegiatan pengajaran di sekolah. Dosen pun demikian. Wartawan menulis berita di koran. Pedagang pun membutuhkan alat tulis jika dia sedang menghitung total harga yang harus dibeli pembeli. Bahkan, tukang judi pun membutuhkan alat tulis untuk menghitung. Demikianlah, menulis memang sudah menjadi kebutuhan hidup di zaman modern ini.
Menulis memang memiliki kelebihan khusus. Widodo & Chasanah (1993) menyatakan bahwa permasalahan yang rumit dapat dipaparkan secara jelas dan sistematis melalui tulisan. Angka, tabel, grafik, dan skema dapat dipaparkan dengan mudah melalui tulisan. Tulisan juga lebih mudah digandakan melalui bantuan teknologi produksi. Karya-karya tulis memiliki daya bukti yang lebih kuat. Selain itu, tulisan memiliki sifat permanen karena dapat disimpan dan lebih mudah diteliti karena dapat diamati secara perlahan dan berulang-ulang.
Menulis juga memiliki nilai manfaat, baik secara materiil maupun nonmateriil. Anda mengenal JK Rowling, penulis Harry Potter? Selain mendapatkan kepuasan dalam proses menulis kreatifnya, penulis ini menjadi terkenal di seluruh dunia dan mendapatkan materi yang berlimpah melalui tulisannya. Inilah salah satu bukti konkret manfaat menulis.
Manfaat-manfaat menulis banyak disampaikan para ahli. Berikut ini jabaran para ahli tentang manfaat menulis.
  1. Percy (dalam Nuruddin, 2011:20—27) menyatakan enam manfaat menulis, yaitu (a) sarana untuk mengungkapkan diri, (b) sarana untuk pemahaman,(c) membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri, (d) meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan, (e) keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah, dan (f) mengembangkan suatu pemahaman tentang sesuatu dan kemampuan menggunakan bahasa.
  2. Komaidi (2011, 9—10) memberikan enam manfaat menulis. Keenam manfaat tersebut adalah (a) menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas kehidupan, (b) mendorong kita untuk mencari referensi lain, misalnya buku, majalah, koran, jurnal, dan sejenisnya, (c) terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen secara runtut, sistematis, dan logis, (d) mengurangi tingkat ketegangan dan stres, (e) mendapatkan kepuasan batin terlebih jika tulisan bermanfaat bagi orang lain melalui media massa, dan (e) mendapatkan popularitas di kalangan publik.
  3. Hernowo (2003:54) menyatakan lima manfaat dalam menulis, yaitu (a) menjernihkan pikiran, (b) mengatasi trauma, (c) membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, (d) membantu memecahkan masalah, dan (e) membantu berpikir sistematis dan runtut ketika waktu terdesak.
  4. Nuruddin (2011, 27—33) memberikan tujuh nilai (yang dianggap sebagai sinonim manfaat) yang terkandung dalam menulis, yaitu (a) nilai kecerdasan, (b) nilai kependidikan, (c) nilai kejiwaaan, (d) nilai kemasyarakatan, (e) nilai keuangan, (f) nilai kefilsafatan, dan (g) nilai popularitas.

Lebih lanjut, dijelaskan Nuruddin (2011:11) bahwa menulis dapat membuat perasaan dan kesehatan yang lebih baik. Mengacu pada pendapat Dr. Pennebaker bahwa menulis tentang pikiran dan perasaan terdalam tentang trauma yang dialami menghasilkan suasana hati yang lebih baik, pandangan positif, dan kesehatan yang lebih baik. Sementara itu, mengacu pada pendapat Fatimah Merisi bahwa menulis dapat mengencangkan kulit di wajah dan membuat awet muda.

C. Tujuan Menulis
Setiap penulis memiliki tujuan dalam menuangkan pikiran/gagasan dan perasaannya melalui bahasa tulis, baik untuk diri sendiri dan orang lain. Contoh tujuan menulis untuk diri sendiri antara lain agar tidak lupa, agar rapi, untuk menyusun rencana, dan untuk menata gagasan/pikiran. Bentuk tulisan tersebut dapat dituangkan dalam buku harian, catatan perkuliahan, catatan rapat, catatan khusus, dan sebagainya. Contoh tujuan menulis untuk orang lain antara lain untuk menyampaikan pesan, berita, informasi kepada pembaca, untuk memengaruhi pandangan pembaca, sebagai dokumen autentik, dan sebagainya.
Umumnya, terdapat dua kondisi penulis terkait tujuan menulis. Ada penulis yang dengan sangat sadar terhadap dampak positif dan negatif terhadap apa yang ditulis. Namun, ada juga penulis yang tidak menyadarinya kedua dampak tersebut. Seorang penulis profesional memiliki kesadaran tinggi terhadap tujuan kegiatan penulis. Seorang penulis amatir terkadang hanya sekadar menuangkan gagasannya ke dalam wujud tulisan hanya untuk kepuasan dan tidak menyadari dampak pisitif dan negatif dari apa yang sudah ditulisnya.
Ketika tulisan sudah dibaca dan pesan sudah diterima oleh pembaca, terkadang penulis baru menyadari dampak tulisannya. Penulis memberikan klarifikasi jika tulisan itu memberikan dampak negatif. Dampak negatif ini bisa muncul akibat asumsi penulis dan pembaca yang berbeda. Maksud penulis mengarah ke arah tertentu, sedangkan asumsi pembaca mengarah ke arah yang lain. Akibatnya, muncul pesan baru yang diterima pembaca. Sebelumnya, pesan ini tidak dirancang dan diduga oleh penulis. Akhirnya, muncullah kesalahan pemahaman dan memberikan akibat tertentu. Sebaliknya, jika tulisannya berdampak positif, penulis akan membiarkannya meskipun sebelumnya tidak dirancang dan diduga oleh penulis.

D. Bentuk Tulisan
Bentuk-bentuk tulisan, dapat juga disebut sebagai ragam, dapat diklasifikasi berdasarkan sudut pandang kenyataan. Klasifikasi tulisan dapat dibedakan menjadi (a) fiksi: prosa (cerpen, novel, roman, drama, fabel, mite, dll.) dan puisi (mantra, syair, kontemporer, dll.) dan (b) nonfiksi: ilmiah (resume, makalah, artikel, laporan penelitian [tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi) dan popular (biografi, petunjuk, surat, resensi, berita, dan opini).
E. Proses Menulis
Menulis merupakan kegiatan yang membutuhkan proses untuk menghasilkan tulisan. Dalam proses tersebut, menulis terdiri atas tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilalui hingga menghasilkan tulisan. Berikut ini pendapat para ahli tentang proses menulis.
  1. Graves 1975 (dalam Tompkins, 1994:8) menggambarkan proses menulis dalam tahapan (a) pra-menulis, (b) saat menulis, dan (c) pasca menulis.
  2. Rafi’uddin (1988:76) mengemukakan proses menulis yaitu (a) pramenulis, (b) penulisan draf, (c) revisi, (d) penyuntingan, dan (e) publikasi atau pembahasan.
  3. Ellis (1989:144) membagi  empat tahap proses menulis, yaitu (a) prewriting, (b) drafting, (c) revising, dan (d) editing.
  4. Ahmadi (1990 :55) menyatakan proses mengarang adalah serangkaian langkah yang sengaja ditumpangkan pada aturan-aturan khusus dan diarahkan guna mencapai suatu hasil yang khusus yang terdiri atas empat langkah, yaitu (a) pratulis, (b) menulis, (c) merevisi dan (d) uji-baca.
  5. Farris (1993) mengklasifikasikan proses menulis itu ke dalam empat tahapan, yaitu (a) pra menulis, (b) menulis, (c) kaji ulang tulisan, dan (d) publikasi.
  6. Tompkins (1994:7) menguraikan tahap-tahap proses menulis terdiri atas(a) pramenulis, (b) pengonsepan, (c) revisi, (d) penyuntingan, dan (e) pemajangan.
  7. DePorter (2000:195) mengemukakan proses menulis terdiri (a) persiapan, (b) draf kasar, (c) berbagi, (d) memperbaiki, (e) penyuntingan, (f) penulisan kembali, dan (g) evaluasi.
Dapat pula ditambahkan, bahwa kegiatan menulis terdiri atas tahapan-tahapan yang sangat bergantung pada jenis tulisan. Secara umum, tahapan menulis terdiri atas (a) perencanaan, (b) pembuatan draf kasar, dan (c) penyuntingan. Secara khusus, tahapan menulis sangat bergantung pada apa yang ditulis, misal tahapan menulis opini terdiri atas  (a) penggalian ide, (b) pendaftaran ide, (c) pengurutan ide, (d) penyusunan draf tulisan, (e) perbaikan tulisan, (f) pengkajian tulisan kembali, (g) pengulangan proses butir (e) dan (f) jika diperlukan, dan (h) publikasi tulisan. Tahapan dalam proses kegiatan menulis ini dijelaskan lanjut pada bagian berikutnya.

E. Ciri Kemampuan Menulis
Sebagai salah satu keterampilan/ kemahiran berbahasa selain membaca, menyimak, dan berbicara, menulis harus dikuasai oleh pengguna bahasa. Kapan seseorang dapat dikatakan terampil/mahir dalam menulis? Berikut ini pendapat Mosley (dalam Widodo & Chasanah, 1993).
Seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan tulis tampak empat ciri berikut ini.
  1. Dapat mengungkapkan informasi sarana bahasa melalui bentuk karangan sebagai proses kognisi (reproduksi, organisasi/reorganisasi, cipta/kreasi).
  2. Dapat mengungkapkan informasi bahasa melalui bentuk karangan yang mengandung maksud/tujuan (latihan, emosional, informasi/referensial, persuasi, hiburan, dsb.).
  3. Dapat mengunggapkan informasi dengan menggunakan bahasa  dalam bentuk karangan sesuai pembaca atau untuk diri sendiri
  4. Dapat mengungkapkan informasi dengan menggunakan bahasa dalam bentuk karangan  berupa wacana: dokumentatif, konstatif (naratif, deskriptif, keterangan), dan eksploratif (interpretatif, eksposisi, argumentasi).
Strategi Menulis
Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki: (a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan terhadap kondisi pembaca, (c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian, (d) kemampuan menggunakan bahasa indonesia, (e) kemampuan memuali menulis, dan (f) kemam-puan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan menyampaikan sesuatu yang inggin diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan alenia Akhadiah, (1997:13). Sementara itu, WJS Poerwodarminto (1987:105) secara leksi-kal mengartikan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud pe-nulis.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau gagasannya kedalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Dengan demikian, bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapat menggambarkan suasana hati atai pikiran penulis. Sehingga dengan bahsa tulis seseorang akan dapat menuang-kan isi hati dan pikiran.
Kata keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi, yakni kompetensi dan performansi. Kompetensi mengacu pada pengetahuan konseptual tentang sistem dan kaidah kebahasan, sedangkan performansi merujuk pada kecakapan menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang telah diketahui untuk berbagai tujuan penggunaan komunikasi. Seseorang dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan mengaplikasikan proses pegungkapan ide, gagasan, dan perasaan dalam bahasa Indonesia tulis dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain ejaan dan tata bahasa, organisasi/ susunan tulisan, keutuhan (koherensi), kepaduan (kohesi), tujuan, dan sasaran tulisan.
Tingkatan menulis
Ada lima tingkatan menulis yaitu:
1. Timbulnya pemahaman baca tulis(emergent literacy),anak mulai menyadari adanya kegiata baca tulis,anak mulai menyenangi jika ada orang melakukan baca tulis.semula anak hanya memandangi tapi lama kelamaan ia akan mencoba menirukan .Anak mulai memegang pensil,kemudian mencoret –coret pada kertas atau media lain.Tulisan yang dihasilkan pada tahap ini memang belum bermakna,tetapi pada diri anak sudah timbul rasa menyenangi kegiatan tersebut>Supaya tahap ini dapat timbul pada diri anak maka diharapkan sebelum memulai melatih menulis anak dikenalkan pada berbagai bahan bacaan ataupun tulisan yang dapat memberikan gambaran awal pada proses penulisan
2. Menulis permulaan (beginning writing).Kegiatan ini biasa disebut dengan hand writing, yaitu cara merealisasikan simbol- simbol bunyi dan cara menulisnya dengan baik.Tingkatan ini terkait dengan strategi atau cara mewujudkan simbol-simbol bunyi bahasa menjadi huruf- huruf yang dapat dikenali secara konkret.
3. Pembinaan kelancaran menulis (building fluency).pada tahap ini symbol-simbol bunyi bahasa misalnya huruf-huruf yang telah dikenali secara konkret mulai dihubung-hubungkan lebih lanjut menjadi kesatuan yang lebih besar dan memiliki makna
4. Menulis untuk kesenangan dan belajar (writing for pleasure /reading to learn),sudah timbul kesenangan pada diri anak akan perlunya menulis,pada tahap ini anak melakukan kegiatan menulis dengan tujuan –tujuan tertentu yang disengaja misalnya mencatat pelajaran,mencatat kegiatan dibuku harian,menulis surat untuk teman dan sebagainya.Pada tingkatan ini anak sudah dapat menikmati kegiatan menulisnya
5. Menulis matang ( mature writing) pada tahap ini anak sudah mampu menuangkan dan mengekspresikan pikiran dan perasaannya melalui tulisan dengan baik ia telah mampu memilih kata dengan tepat,menyusun kalimat dengan runtut,dan mengembangkan paragraf dengan baik,tahap inilah yang memberikan kebebasan berekspresi pada anak untuk menghasilkan tulisan – tulisan kreatif yang sangat mencengangkan hasilnya
Dari kelima tingkatan menulis tersebut secara sederhana biasanya dikelompokan menjadi 2 tingkatan yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut.
Tujuan menulis permulaan adalah agar siswa dapat menulis kata-kata dan kalimat sederhana dengan tepat.Pada menulis permulaan siswa diharapkan untuk dapat memproduksi tulisan dapat dimulai dengan tulisan eja. Contoh tulisan e,d,f,k,j,dan dapat berupa suku kata seperti su-ka,ma-ta,ha-rus, lu-kaserta dalam bentuk kalimat sederhana.Seperti halnya membaca permulaan,menulis permulaan juga dapat menggunakan metode-metode seperti metode abjad, metode suku kata, metdeglobal dan metode SAS. Menulis permulaan (dengan huruf kecil) di kelas 1SD tujuannya siswa memahami cara menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis,materi pelajaran menulis permulaan dikelas 1SD disajikan secara bertahap dengan menggunakan pendekatan huruf,suku kata,kata-kata atau kalimat.Menulis permulaan (dengan huruf besar pada awal kalimat) di kelas II tujuannya siswa memahami cara menulis permulaan dengan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide /pesan secara tertulis,untuk memperkenalkan cara menulis huruf besar di kelas II SD mempergunakan pendekatan spiral maksudnya huruf demi huruf diperkenalkan secara berangsur-angsur sampai pada akhirnya semua huruf dikuasai oleh para siswa.
Tujuan menulis lanjut adalah agar siswa mampu menuangkan pikiran dan perasaannya dengan bahasa tulis secara teratur dan teliti.Yang membedakan menulis permulaan dengan menulis lanjut adalah adanya kemampuan untuk mengembangkan skema yang ada yang telah diperoleh sebelumnya untuk lebih mengembangkan hal-hal yang akan ditulis.
2.6 Permasalahan dalam pengajaran menulis di Sekolah Dasar dan penanggulangannya
Yang dimaksud dengan permasalahan di sini ialah segala sesuatu yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mencapai tujuan pengajaran menulis.
A.Siswa
Permasalahan yang timbul dari siswa antara lain rendahnya bakat dan minat untuk menguasai keterampilan menulis.Akibat dari rendahnya minat siswa dalam mempelajari keterampilan mereka menulis huruf dengan tulisan yang asal dapat dibaca sendiri, mereka malas menulis.Menulis dirasakan sebagai suatu beban yang berat.
Untuk mengatasi permasalahan seperti ini gurulah yang harus mampu memberikan motivasi agar siswa menyadari bahwa menulis merupakan suatu keterampilan yang mutlak diperlukan untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan .Semakin tinggi kedudukan seseorang semakin tinggi pula kemampuan menulis diperlukan.
B. Guru
Guru bahasa Indonesia tidak seluruhnya memilki kualifikasi sebagai tenaga pengajar mata pelajaran tersebut secara profesional. Lebih-lebih di tingkat Sekolah Dasar yang pada umumnya lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Pada umumya di Sekolah Dasar masih menganut sistem borongan artinya seorang guru harus mengajarkan berbagai mata pelajaran pada suatu tingkatan tertentu. dalam satu hari ia harus mampu mengajar lebih dari satu mata pelajaran ,misalnya jam ke 1-2 matematika ,jam ke3-4 IPS, jam ke 5-6 bahasa Indonesia,jam ke-7 kesenian. Dalam situasi yang demikian tidaklah mungkin seorang guru harus berkonsentrasi hanya pada pengajaran menulis.
Untuk mengatasi permasalahan yang demikian, peningkatan kualifikasi guru bahasa Indonesia mutlak diperlukan.salah satu caranya adalah mengikuti penataran – penataran ,kursus-kursus tertulis, mengikuti perlombaan menulis, atau para pembina guru SD secara priodik memberikan motivasi kepada guru-guru tersebut meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam bidang menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar